Israel Serang Jalur Gaza dan Tewaskan 326 Orang, Menuai Kecaman dari Banyak Pihak

 Israel Serang Jalur Gaza dan Tewaskan 326 Orang, Menuai Kecaman dari Banyak Pihak




Pada 18 Maret 2025, konflik antara Israel dan Jalur Gaza kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 660 orang lainnya. Serangan ini mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung sejak 19 Januari 2025.

Latar Belakang Konflik

Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025, bertujuan untuk meredakan ketegangan antara Israel dan Hamas setelah konflik berkepanjangan yang menyebabkan ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di Gaza. Namun, ketegangan kembali meningkat akibat kebuntuan dalam negosiasi terkait pembebasan 59 sandera Israel yang ditahan oleh Hamas. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan udara tersebut dilakukan sebagai respons atas penolakan Hamas untuk membebaskan sandera dan menerima tawaran mediator untuk memperpanjang gencatan senjata.

Dampak Serangan terhadap Warga Sipil

Serangan udara Israel menargetkan berbagai lokasi di Gaza, termasuk sekolah yang dijadikan tempat penampungan dan penjara, yang menyebabkan banyak korban sipil. Beberapa pejabat senior Hamas dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Serangan ini juga mengganggu perayaan bulan suci Ramadan bagi umat Muslim di Gaza.

Reaksi Internasional

Komunitas internasional mengecam keras serangan Israel di Jalur Gaza. Pejabat tinggi PBB, Volker Türk, menyatakan kengerian atas serangan tersebut dan menekankan bahwa tidak ada solusi militer untuk krisis ini, serta menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat bagi sandera dan penghentian perang. Turki dan Rusia juga mengutuk serangan tersebut, sementara negara-negara Amerika Latin, seperti Argentina, Peru, dan Meksiko, menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kekerasan dan korban sipil.

Selain itu, negara-negara seperti Yordania dan Kanada sepakat untuk memberikan tekanan internasional kepada Israel agar menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Raja Yordania Abdullah II menekankan perlunya melindungi warga sipil dan meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza Di sisi lain, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dikritik karena bersikap diam terhadap dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza, yang dianggap sebagai hukuman kolektif terhadap warga sipil.

Situasi Kemanusiaan di Gaza

Serangan terbaru ini memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza, yang telah mengalami blokade selama bertahun-tahun. Pemutusan pasokan air, listrik, dan kebutuhan dasar lainnya oleh Israel menyebabkan sekitar 2 juta penduduk mengalami kekurangan kebutuhan dasar, yang telah menimbulkan kekhawatiran dari PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa serangan Israel menargetkan bangunan-bangunan di kawasan pemukiman padat penduduk, termasuk rumah sakit dan sekolah, yang menyebabkan banyak staf medis dan kemanusiaan terbunuh.

Tanggapan Israel dan Situasi Politik Domestik

Perdana Menteri Netanyahu mendapatkan dukungan dari sekutu sayap kanannya atas serangan ini, namun menghadapi kritik dari politisi oposisi yang menuduhnya menggunakan operasi militer untuk mengalihkan perhatian dari isu politik domestik. Keluarga sandera Israel juga mengkritik pemerintah karena khawatir serangan tersebut membahayakan nyawa sandera yang masih ditahan di Gaza.

Upaya Diplomatik dan Seruan untuk Gencatan Senjata

Meskipun serangan udara terus berlanjut, upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata kembali dilakukan. Negara-negara seperti Yordania dan Kanada berusaha menekan Israel untuk menghentikan serangan dan memulai kembali negosiasi damai. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa konflik akan mereda dalam waktu dekat.

Kesimpulan

Serangan Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 400 orang telah memicu kecaman internasional dan memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut. Komunitas internasional menyerukan penghentian kekerasan dan dimulainya kembali proses perdamaian untuk mencapai solusi jangka panjang bagi konflik Israel-Palestina. Namun, dengan ketegangan yang masih tinggi dan kurangnya kemajuan dalam negosiasi, masa depan perdamaian di wilayah tersebut tetap tidak pasti.

#Israel #Gaza #Palestina #GazaUnderAttack #IsraelPalestina #PerangGaza #HumanRights #SavePalestine #PrayForGaza #StopWar #CeasefireNow #MiddleEastCrisis #BreakingNews #SaveHumanity #UN #WorldNews9


Lebih baru Lebih lama
Magspot Blogger Template

نموذج الاتصال