Dedi Mulyadi Akui Tata Ruang Jabar Kacau, Pemprov Gandeng ITB Bangun Desa
Dedi Mulyadi Akui Tata Ruang Jabar Kacau, Pemprov Gandeng ITB Bangun Desa
Tata ruang menjadi isu krusial dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat (Jabar), provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di tanah air. Baru-baru ini, pernyataan mengejutkan datang dari tokoh politik dan anggota DPR RI, Dedi Mulyadi, yang mengakui bahwa tata ruang Jabar kacau. Dalam upaya memperbaiki kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk merancang solusi melalui program revitalisasi desa.
Tata Ruang Jawa Barat dalam Sorotan
Pengakuan Dedi Mulyadi: Tata Ruang Jabar Bermasalah
Dalam sebuah wawancara publik, Dedi Mulyadi akui tata ruang Jabar kacau. Ia menyoroti banyaknya alih fungsi lahan yang tidak terkendali, pembangunan permukiman di wilayah rawan bencana, serta lemahnya pengawasan terhadap perizinan bangunan. Menurutnya, tidak ada integrasi antara rencana tata ruang dan pembangunan di lapangan.
> “Kita kehilangan arah. Pembangunan dilakukan semaunya tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan keberlangsungan hidup masyarakat desa,” ujar Dedi.
Pernyataan ini membuka mata banyak pihak, mengingat Dedi selama ini dikenal sebagai sosok yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai budaya Sunda dan pembangunan berbasis desa.
Dampak Kekacauan Tata Ruang
Akibat dari tata ruang yang semrawut ini, Jawa Barat menghadapi berbagai permasalahan seperti banjir, longsor, kemacetan parah, hingga kesenjangan pembangunan antara desa dan kota. Lahan pertanian produktif terus menyusut, digantikan oleh betonisasi yang tak terkontrol.
Menurut data Bappeda Jabar, dalam 10 tahun terakhir, luas lahan pertanian di beberapa kabupaten berkurang drastis, sementara permukiman dan kawasan industri terus meluas ke wilayah pinggiran.
Pemprov Jabar Gandeng ITB: Kolaborasi untuk Membangun Desa
Inisiatif Strategis: Bangun Desa Berbasis Sains
Sebagai respons atas kondisi ini, Pemprov gandeng ITB bangun desa dalam upaya menyusun ulang perencanaan tata ruang berbasis data ilmiah dan partisipasi masyarakat. Kerja sama ini mencakup pengembangan peta geospasial, zonasi kawasan rawan bencana, hingga penyusunan model desa mandiri berbasis potensi lokal.
Gubernur Jawa Barat menyatakan bahwa kolaborasi ini diharapkan mampu mendorong pembangunan desa yang terarah dan berkelanjutan.
> “Dengan dukungan keilmuan dari ITB, kita ingin membangun desa-desa cerdas yang tidak hanya sejahtera, tapi juga tahan terhadap bencana dan perubahan iklim,” ujarnya.
Fokus pada Rehabilitasi dan Revitalisasi
Program yang digagas bersama ITB mencakup tiga aspek utama:
1. Revitalisasi tata ruang desa: Penyesuaian zonasi agar sesuai dengan karakteristik geografis dan budaya lokal.
2. Penguatan infrastruktur hijau: Pengembangan irigasi, penghijauan, dan teknologi tepat guna yang mendukung ekosistem desa.
3. Pemberdayaan masyarakat: Pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas warga dalam mengelola sumber daya alam dan tata ruang secara mandiri.
Tantangan dan Harapan
Hambatan dalam Implementasi
Meski memiliki visi besar, program ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu hambatan terbesar adalah birokrasi yang kaku dan tumpang tindihnya regulasi antara pusat dan daerah. Belum lagi resistensi dari pihak-pihak yang selama ini diuntungkan oleh tata ruang yang amburadul.
Selain itu, masih banyak desa yang belum memiliki data spasial lengkap, sehingga membutuhkan waktu dan biaya untuk melakukan pemetaan dari nol.
Peran Aktif Masyarakat Sangat Dibutuhkan
Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada Pemprov dan ITB, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat desa. Sosialisasi, edukasi, dan pelibatan warga dalam proses perencanaan menjadi kunci agar solusi yang diambil benar-benar menjawab kebutuhan riil di lapangan.
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Tata Ruang Ideal
Dedi Mulyadi akui tata ruang Jabar kacau, namun pengakuan itu menjadi titik tolak penting menuju perubahan. Langkah konkret Pemprov Jabar yang menggandeng ITB dalam program bangun desa adalah sinyal kuat bahwa perbaikan tata ruang bukan sekadar wacana.
Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, tata ruang Jawa Barat bisa ditata ulang untuk mendukung pembangunan yang adil, merata, dan berkelanjutan. Harapannya, desa-desa di Jabar bukan lagi korban dari kekacauan tata ruang, melainkan menjadi pusat peradaban baru yang modern tanpa meninggalkan akar budaya lokal.
#DediMulyadi
#TataRuangJabar
#JawaBarat
#BangunDesa
#PemprovJabar
#ITB
#KolaborasiITB
#PembangunanDesa
#RevitalisasiDesa
#DesaMandiri
#TataRuang
#LingkunganHidup
#AlihFungsiLahan
#PembangunanBerkelanjutan
#DesaDigital
#SmartVillage
#Geospasial
#PartisipasiMasyarakat
#InfrastrukturHijau
#PemerataanPembangunan